Boleh jadi zaman semakin modern dan
teknologi semakin canggih, namun tak bisa dipungkiri bahwa masih banyak manusia
modern yang berprilaku seperti masa jahiliyah. Salah satunya adalah
budaya meramal nasib. Rupanya budaya yang dekat dengan dunia ghaib, magic atau
tahayul ini juga masih digandrungi oleh orang-orang yang notabene berpendidikan
tinggi
Biasanya media yang paling gampang
diakses adalah majalah. Hampir semua majalah wanita pasti kan ada rubrik
ramalan bintangnya. Nah itu adalah bagian yang biasanya nggak ketinggalan
dibaca. Ada juga yang memanfaatkan stand2 ramalan yang suka ada di pameran,
mall atau acara-acara tertentu. Sekarang malah di internet juga mudah mengakses
ramalan bintang. Atau penewaran lewat sms kan mulai berkembang.
Mungkin karena sudah dikemas secara
profesional, jadi ramalan bintang itu seolah dekat dengan kehidupan para
profesional. ramalan
yang dibahas pun nggak jauh-jauh dari persoalan kehidupan, seperti soal jodoh,
rejeki, asmara, sahabat, dll, yang itu semua amat terasa dalam pergaulan kita
sehari-hari. Motivasinya mungkin
berbeda-beda ya, ada yang iseng saja, ada yang memang sedang mencari jawaban
atas persoalan yang dia hadapi.
kekayaan atau teknologi itupun justru
digunakan untuk memodernisasikan bentuk-bentuk ramalan nasib. Hal yang paling
mendasar yang mempengaruhi sikap manusia untuk tidak mempercayai ramalan nasib
adalah aqidah/ iman. Orang yang tingkat pemahaman aqidahnya benar dan
mendalam, akan dengan mudah memahami bahwa prilaku percaya pada ramalan itu
sama dengan prilaku orang yang bodoh, bahkan lebih tajam lagi sama dengan
prilaku orang yang syirik atau menyekutukan Allah SWT. Na’udzubillahi muin
dzalik!
Allah SWT telah menegaskan dalam firman-Nya QS Al An’aam: 59/ Al Jin:
26-27/ Al A’raf: 188. Ini menjadi dalil bahwasannya hanya Allah lah yang
mengetahui kunci-kunci perkara yang ghaib, dan tidak seorang pun mengetahuinya.
Maka, bila ada seseorang yang mengaku-aku bisa memastikan hal yang ghaib,
sesungguhnya dia telah kafir kepada Allah, mengadakan dusta terhadap-Nya dengan
terkaan, taksiran dan kebohongan. Jelas kiranya sebagai seorang muslim, kita
tidak boleh mempercayai segala bentuk ramalan nasib.
Penjelasan Imam Al Qurthubi terhadap ayat ke 26-27 surat Al Jin di atas
menegaskan bahwa ramalan bintang itu tak ada faedahnya sama sekali, dan tidak
menunjukkan celaka atau bahagiannya seseorang. Bahkan secara tegas beliau
menyatakan bahwa ramalan tersebut merupakan bentuk penentangan terhadap Al
Qur’an yang agung. Jadi, sebenarnya karena kebodohan mereka terhadap agama
itulah menyebabkan mereka terjerumus percaya dengan ramalan yang sesungguhnya
perilaku itu sama dengan perilaku orang-orang musyrik.
Ayoo Tinggalkan budaya meramal nasib, jika ingin iman kita terjaga dan tidak
tercemari oleh karat-karat perbuatan syirik. Ayo mengaji dan mengaji, biar kita
semakin ngerti dan tidak terjebak ke dalam perbuatan syirik.
Kesimpulan
- Budaya
meramal nasib adalah budaya yang diharamkan oleh Islam, dan termasuk kategori
perbuatan syirik.
- Se-modern dan secanggih apapun cara dan hasil
ramalan nasib, tetap saja itu merupakan dusta dan haram untuk kita
percayai.[]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar